Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ingatkan masyarakat untuk waspada terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD). Himbauan waspada terhadap DBD disampaikan mengingat meningkatnya suhu yang terjadi pada akhir akhir ini. Menurut Kemenkes suhu udara meningkat dan ada penelitian bahwa nyamuk Dengue semakin ganas jika berada di suhu yang panas.
Berdasarkan jumlah kasus DBD dari tahun 1968, pola terjadinya kasus kasus yang tinggi ini pada saat adanya El Nino. El Nino adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas normal yang terjadi di Samudera Pasifik. Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) , El Nino mulai memasuki Indonesia per 4 Juni 2023.
Sementara puncak El Nino diprediksi terjadi pada Juni hingga September 2023. Israel Banjiri Terowongan Gaza dengan Air Laut, PBB: Dampak Buruk Bisa Terjadi dalam Jangka Panjang Infografis: Resolusi Gencatan Senjata Israel Hamas, Makin Banyak Negara yang Setuju
Spesifikasi dan Harga Hp OPPO Reno7 5G Terbaru Desember 2023, OPPO Banting Harga Bangkapos.com Aktivis HAM Belanda Minta Pemerintah Belanda Memblokir Ekspor Suku Cadang Pesawat F 35 ke Israel Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes RI, dr Imran Pambudi, mengingatkan masyarakat perlu meningkatakan kewaspadaan terhadap DBD saat terjadi El Nino.
Pasalnya El Nino bisa terjadi kapan saja. Tidak hanya itu, musim hujan pun perlu diwaspadai mengingat akan ada banyak genangan air atau tempat berkembang biak nyamuk dengue. Melansir dari laman Kemenkes , Dokter Spesialis Anak RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dr. Mulya Rahma Karyanti, Sp.A(K) mengatakan DBD atau infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti betina.
Ia membutuhkan darah untuk dihisap supaya bisa bertelur. Masa inkubasi 5 hingga 10 hari, rata rata 7 hari sejak gigitan nyamuk sampai timbul gejala. Biasanya nyamuk tersebut mengigit di saat terang mulai jam 08.00 sampai jam 10.00 pagi.
Serta menjelang sore jam 15.00 sampai 17.00. Pada jam jam tersebutlah nyamuk Dengue paling aktif mengigit. Berikut beberapa gejala DBD menurut dr. Mulya Rahma Karyanti, sebagai berikut:
1. Demam mendadak tinggi selama 2 sampai 7 hari, 2. Muka memerah, 3. Pusing dan sakit kepala,
4. Mual hingga muntah, 5. Merasa sakit perut, 6. Merasakan nyeri dan sakit tulang, kalau orang dewasa sering terjadi ngilu pada tulang sendi dan nyeri otot.
7. Terjadi pendarahan, yaitu keluar bintik bintik merah, mimisan, gusi berdarah, muntah darah, hingga BAB berdarah. 8. Tangan dan kaki dingin, lembab, lemah serta tidur terus. Pemerintah juga mendorong peningkatan partisipasi masyarakat dan institusi untuk mencegah terjadinya DBD, terutama dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Pemberantasan sarang nyamuk dilakukan dengan 3M plus, yaitu: 1. Menguras dan menyikat, 2. Menutup tempat penampungan air,
3. Memanfaatkan atau mendaur ulang barang bekas. Sementara plusnya adalah bagaimana mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk dengue. Yaitu seperti menanam tumbuhan pengusir nyamuk.
Teknologi Wolbachia juga menjadi teknik Vaitu upaya melumpuhkan Virus Dengue dalam tubuh Nyamuk Aedes Aegypti. Sehingga Virus Dengue tidak akan menular ke dalam tubuh manusia.
Langkah dilaksanakan terlebih dulu di 5 kota di Indonesia dengan kasus DBD tertinggi. Yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang dan Bontang. Pencegahan lain bisa melalui Vaksin Dengue.
Saat ini ada dua jenis vaksin yang sudah mempunyai izin edar dari BPOM dan beredar di pasaran, antara lain Vaksin Dengvaxia dan Vaksin Qdenga. Pemberantasan nyamuk tidak dianjurkan dengan fogging, sebab fogging hanya berdampak sesaat. Efeknya kadang kadang malah merugikan kesehatan manusia.
Artikel ini merupakan bagian dari KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.